"Abu Nawas Menangkap Pencuri"
Kisah ini terjadi di
negeri yang dikenal sebagai negeri seribu satu malam yaitu Irak. Pada zaman
dahulu di salah satu kota di negeri tersebut ada seorang pencuri yang sangat
lihai. Bahkan hasil curiannya yang terakhir mencapai seratus keping uang emas
milik salah satu saudagar kaya di kota itu.
Saudagar dengan dibantu
para penegak hukum di kota itu telah berusaha dengan keras tetapi tidak
berhasil menemukan pencurinya. Karena merasa putus asa akhirnya si saudagar
kaya mengumumkan jika pencuri itu mau mengembalikan harta curiannya, maka
sebagian dari harta curian tersebut boleh menjadi miliknya. Namun sampai dengan
batas waktu yang ditentukan, pencuri itu tidak muncul untuk mengembalikan harta
curiannya.
Maksud baik saudagar kaya
ternyata tidak ditanggapi sang pencuri. Oleh karenanya sang saudagar akhirnya
mengadakan syaembara bagi siapa saja yang berhasil menangkap pencuri hartanya,
dia berhak sepenuhnya memiliki harta yang dicuri.
Sayembara dari saudagar
tentu saja sangat menarik, banyak orang ikut mencoba, tetapi semuanya gagal.
Beberapa minggu berlalu sejak pengumuman syaembara, namun pencuri emas tetap
tidak berhasil ditangkap. Akhirnya sang Hakim memutuskan untuk meminta bantuan
seorang ahli yang dikenal memiliki kesaktian dan kecerdasan yaitu Abu Nawas.
Abu Nawas dikenal penduduk negeri Irak sebagai seorang sakti yang merupakan
sahabat dari Raja Baghdad. Kini harapan saudagar dan masyarakat yang resah
dengan keberadaan si pencuri lihai tertumpu kepada Abu Nawas yang tinggal di
ibu kota yaitu Baghdad.
Abunawas |
Kemasyuran nama Abu Nawas
juga terdengar ke telinga si pencuri, dia menjadi merasa takut dan tertekan.
Dia sempat berpikir untuk melarikan diri dari kota tersebut, namun jika hal itu
dilakukan justru akan membuat topengnya menjadi terbongkar dan dia akan
kesulitan untuk mencuri di kota itu lagi.
Abu Nawas yang baru
sampai di kota itu mengumpulkan seluruh warga masyarakat di lapangan kota.
“Wahai warga kota hari
ini aku akan membagikan kalian tongkat. Tongkat-tongkat itu bukan tongkat
sembarangan, karena tongkat itu sudah aku beri mantra. Besok pagi aku tunggu
kalian di pengadilan kota. Saat itu kalian harus mengumpulkan kembali tongkat
yang sudah aku bagikan. Perlu kalian ketahui tongkat yang saat ini dipegang
oleh pencuri akan bertambah panjang satu jari kelingking besok. Dan bagi yang
tongkatnya bertambah satu kelingking akan mengalami kejadian seperti ini.” Abu
Nawas kemudian mengacungkan tongkatnya ke pohon kelapa besar di
belakangnya.”Duarrrrr.” Tiba-tiba pohon kelapa itu meledak, dan buah kelapa
jatuh berguguran.
Masyarakat takjub melihat
kejadian luar biasa tersebut. Mereka jadi semakin yakin akan kesaktian Abu
Nawas. Tanpa mereka sadari pohon kelapa itu sudah ditaburi bubuk mesiu oleh
istri Abu Nawas, dan tanpa terlihat masyarakat, istri Abu Nawas menyulut sumbu
mesiu itu ketika mencapat isyarat dari Abu Nawas.
“Sekarang kalian boleh
pulang.” Ucap Abu Nawas.
Bagi masyarakan yang
tidak mencuri tentu saja kekaguman mereka kepada Abu Nawas yang tersohor
semakin bertambah. Namun berbeda halnya dengan si pencuri, rasa takutnya
semakin besar. Dia berpikir bahwa ternyata kesaktian Abu Nawas bukanlah isapan
jempol. Walaupun dia sudah ada di rumah keringat bercucuran dari keningnya. Dia
sedang berpikir keras bagaimana agar tongkat bambu itu tidak bertambah panjang.
Pada malam hari sebelum tidur dia menemukan cara yang jitu agar panjang
tongkatnya sama dengan tongkat yang lain. Dia memutuskan memotong tongkatnya
sepanjang jari kelingking. Akhirnya si pencuri dapat tertidur pulas karena
berpikir telah menemukan cara untuk mengelabui Abu Nawas.
Pada pagi hari yang cerah
masyarakat termasuk si pencuri telah berkumpul di pengadilan besar kota
tersebut. Satu persatu masyarakat menyerahkan tongkatnya untuk di periksa oleh
Abu Nawas. Dalam hati si pencuri tersenyum, dia sangat bangga dengan idenya
dalam mengelabui orang paling tersohor di kerajaan Baghdad. Tibalah saat sang
pencuri menyerahkan tongkatnya pada Abu Nawas. Dengan percaya diri setelah
menyerahkan tongkat pencuri itu hendak pergi. Namun langkahnya tertahan karena
Abu Nawas memerintahkan para penjaga pengadilan untuk menangkapnya. Abu Nawas
tahu bahwa orang itu adalah pencurinya karena tongkatnya berkurang panjangnya
sepanjang satu kelingking.
Si pencuri di adili dan
dihukum sesuai dengan peraturan dari kerajaan Baghdad. Abu Nawas yang cerdik
berhak mendapatkan seluruh barang curian. Namun karena kebijaksanaannya Abu
Nawas menyerahkan sebagian harta curian itu kepada keluarga si pencuri dan
sebagian lagi dia gunakan untuk dirinya dan untuk dibagikan juga kepada orang
yang membutuhkan.
No comments:
Post a Comment